New York – Pemilihan umum kota besar ini mencatat sejarah: Zohran Kwame Mamdani, anggota majelis negara bagian asal Queens, terpilih sebagai wali kota pertama yang beragama Islam dan orang keturunan Asia-Selatan untuk kota New York.
Fakta Utama
- Mamdani, usia 34 tahun, memenangkan pemilihan umum kota tersebut dan akan mulai menjabat pada 1 Januari 2026.
- Ia mengusung platform progresif yang cukup radikal untuk standar kota besar AS: bea bus gratis, pembekuan sewa untuk unit yang diatur sewa (“rent-stabilized”), pembukaan toko grosir milik kota untuk menurunkan biaya hidup, serta kenaikan upah minimum.
- Kemenangannya juga mencerminkan gelombang kemenangan bagi sayap progresif dalam partai Demokrat.
Tanggapan Donald Trump
Reaksi mantan Presiden Donald Trump terhadap kemenangan Mamdani jauh dari diplomatis—dan saya harus akui, cukup spektakuler dalam kategori “politik yang makin keras”. Beberapa poin:
- Trump menyebut Mamdani “100% Communist Lunatic” dalam unggahan di platform media sosialnya setelah hasil primer Demokrat di New York diumumkan.
- Ia mengejek penampilan fisik dan suara Mamdani: “He looks TERRIBLE, his voice is grating, he’s not very smart.”
- Trump juga memperingatkan bahwa jika Mamdani terpilih jadi wali kota, federal funding ke Kota New York akan sulit diberikan — karena menurut Trump “jika Anda memiliki komunisme yang berjalan di New York … maka apa gunanya uang yang Anda kirim ke sana.”
- Dalam wawancara, Trump menyebut Mamdani “lebih buruk daripada seorang sosialis”, dan bahwa kepemimpinannya akan membuat wali kota sebelumnya, Bill de Blasio, “terlihat hebat di sampingnya”. New York Post
Implikasi & Catatan
- Tanggapan Trump menunjukkan betapa pemilihan lokal seperti ini sudah bukan soal “kota saja” — ia memiliki resonansi nasional, terutama dalam debat ideologi (progresif vs konservatif).
- Mamdani sendiri dalam pidato kemenangannya menyinggung Trump secara tidak langsung: “Kota yang melahirkan dia [Trump], bisa menunjukkan bagaimana nasional yang dikhianati oleh Trump dapat mengalahkannya.”
- Kritik Trump juga mengandung unsur identitas dan ideologi: menyerang sosok Mamdani karena identitasnya (Muslim, Asian-American) serta label “komunis/sosialis” yang dipakai secara pejoratif untuk mendiskreditkan.
Kesimpulan
Kemenangan Mamdani menandai momen perubahan simbolik sekaligus praktis di politik AS—termasuk kota besar seperti New York. Sementara itu, kritik keras Trump menggambarkan kekhawatiran/konfrontasi yang muncul dari sisi konservatif terhadap gelombang progresif.
Jika Anda ingin, saya bisa cari selengkapnya komentar Trump (termasuk wawancara lengkap) dan reaksi publik di New York—apakah Anda ingin?












