Malang – Sebuah mural bergambar tengkorak bertopi jerami yang menyerupai simbol bajak laut dalam anime One Piece sempat menghiasi dinding di Jalan Lahor, RT 4 RW 4, Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Mural yang dilengkapi dengan tulisan “Lapendos” tersebut menjadi sorotan publik setelah viral di media sosial, hingga akhirnya diputuskan untuk dihapus oleh warga.
Mural tersebut diketahui merupakan hasil kreativitas warga setempat, khususnya para pemuda yang menggambar secara spontan saat kegiatan kerja bakti seminggu sebelumnya. Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua RT setempat, Arianto Sigit.
“Anak-anak sini yang gambar, iseng-iseng kreativitas. Dibuatnya waktu kerja bakti, sambil menghias gapura dan memasang umbul-umbul. Awalnya saya pikir cuma tulisan, ternyata digambar mirip One Piece,” ujarnya.
Arianto menegaskan bahwa tidak ada maksud provokatif atau unsur politis dalam pembuatan mural tersebut. Ia menyebut, karya itu lahir murni dari spontanitas dan semangat berekspresi para warga, tanpa tendensi untuk menyinggung pihak mana pun.
“Kalau menyinggung salah satu pihak, kayaknya enggak. Ini hanya bentuk ekspresi saja. Lagipula One Piece itu cerita fiksi, sudah lama sejak saya kecil sampai sekarang,” tambahnya.
Tulisan “Lapendos” yang menjadi bagian dari mural pun disebut sebagai istilah khas lokal. Menurut Arianto, kata tersebut merupakan plesetan dari “Lahor Penuh Dosa”, yang sudah menjadi bagian dari lelucon dan identitas komunitas warga setempat.
Namun, setelah viral di dunia maya, mural itu menuai beragam respons dari warganet. Sebagian menilai mural tersebut sebagai bentuk ekspresi seni jalanan yang sah, sementara yang lain menganggapnya berpotensi menimbulkan kesalahpahaman, terlebih dengan bentuk simbol yang menyerupai ikon tertentu.
Merespons dinamika tersebut, Arianto bersama warga sepakat untuk menutup mural dengan cat putih demi menjaga ketertiban dan mencegah timbulnya konflik lebih jauh. Pihak RT pun menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada masyarakat apabila mural tersebut menimbulkan kegaduhan atau dianggap tidak pantas.
“Tidak ada niat menyinggung siapa-siapa. Kalau memang ada yang merasa terganggu atau tersinggung, kami mohon maaf sebesar-besarnya,” tutup Arianto.