Home / Headline News / Banjir Parah Kepung Kota Malang: 39 Titik Terendam, Air Capai 165 CM

Banjir Parah Kepung Kota Malang: 39 Titik Terendam, Air Capai 165 CM

Kota Malang diterjang banjir besar pada Kamis, 4 Desember 2025, setelah diguyur hujan dengan intensitas lebat yang berlangsung singkat, sekitar satu hingga dua jam pada siang hingga sore hari.

Dampak dan Lokasi Terdampak

  • Jumlah Titik: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang mencatat setidaknya 39 titik di Kota Malang mengalami banjir dan genangan.
  • Ketinggian Air: Ketinggian air bervariasi, mulai dari setinggi betis hingga mencapai 160-165 sentimeter di beberapa wilayah permukiman, yang disebut sebagai salah satu banjir terparah di tahun 2025.
  • Wilayah Terparah: Tiga kecamatan terdampak paling serius adalah Blimbing, Lowokwaru, dan Sukun. Kawasan seperti Jalan Kedawung, Jalan Letjen Sutoyo, Jalan A. Yani Utara, Jalan Soekarno-Hatta (Suhat), dan Jalan Sidomulyo mengalami genangan tinggi yang melumpuhkan arus lalu lintas.
  • Korban dan Kerugian: Banjir menyebabkan sejumlah warga terjebak di dalam rumah sehingga harus dievakuasi, sepeda motor terseret arus, mobil mogok, dan satu pohon tumbang di kawasan Sawojajar. BPBD bahkan terpaksa mematikan pasokan listrik di area terdampak demi alasan keamanan.
  • Kondisi Terkini: Genangan air dilaporkan mulai surut menjelang malam hari, dan petugas gabungan disiagakan di lokasi.

Penyebab Banjir

Menurut BPBD dan pengamat tata kota, banjir di Malang Raya, khususnya Kota Malang, disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor utama, yaitu:

  1. Curah Hujan Tinggi (Cuaca Ekstrem):
    • Faktor utama pemicu langsung adalah hujan lebat dengan intensitas tinggi dalam durasi yang singkat. BPBD menyebut adanya peningkatan curah hujan hingga 40% akibat cuaca ekstrem dan perubahan iklim.
    • Volume air yang sangat besar dan cepat ini membuat sistem drainase dan sungai kewalahan menampungnya.
  2. Masalah Drainase dan Saluran Air:
    • Banyak saluran drainase dan gorong-gorong yang tidak berfungsi optimal akibat sumbatan, pendangkalan, atau konstruksi yang tidak memadai, sehingga aliran air tidak lancar.
    • Di beberapa titik, banjir juga diduga kuat akibat luapan air dari sungai di dekat permukiman karena debit air yang melonjak cepat.
  3. Hilangnya Area Resapan Air:
    • Peningkatan frekuensi banjir di Malang Raya juga dikaitkan dengan alih fungsi lahan dan minimnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau area resapan air.
    • Banyak drainase yang tertutup bangunan warga, yang menghilangkan fungsi alami tanah untuk menyerap air hujan.
Tagged:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *